Sejumlah besar komunitas jenis manusia purba pernah
hidup di jawa; nama-nama seperti Anthro-popithecus erectus, Meganthropus
palaeojavanicus, Pithecanthropus duboisii, Hemanthropus, Javan thropus
soloensis, Sinanthropus, Hylobates giganteus, Homo modjo kertensis, Homo
dubius, Homo trinilis. Homo primigenius, dan Homo
erectus sering disebut. Mereka sebenarnya merupakan fosil satu jenis
Homo
erectus yang bervariasi, yang sisa-sisa
kerangkanya juga ditemukan di Afrika dan Asia.
Beberapa
analisis yang baru-baru ini ini dilakukan
menunjukkan bahwa batu apung vulkanik
yang terdapat di sekeliling fosil benar-benar
berumur sekitar dua juta tahun. Jika hal ini mencerminkan umur fosil
secara akurat, maka fosil
yang ditemukan di jawa hanya lebih muda sedikit daripada fosil H. erectus tertua yang ditemukan di Afrika.
yang ditemukan di jawa hanya lebih muda sedikit daripada fosil H. erectus tertua yang ditemukan di Afrika.
Jawa merupakan tempat di bagian
paling timur yang diketahui pernah didiami oleh
manusia primitif ini, dan jika
mereka pergi lebih jauh lagi berarti mereka
melakukan perjalanan melintasi laut. Mereka dapat bertahan hidup, bahkan
berkembang cepat dan tidak
berubah selama beberapa ratus ribu tahun.
Perpindahan ke jawa bertepatan dengan periode yang relatif dingin ketika
permukaan air laut lebih rendah dari sekarang, sehingga memudahkan
migrasi antar pulau bagi manusia,
binatang dan tumbuhan.
Riset genetis mengenai kombinasi dan variasi DNA dalam nukleus dan mitokondria manusia hidup yang baru-baru ini
dilakukan, menunjuk kan bahwa manusia moderen mung kin benar berasal dari
Afrika, sekitar 200 ribu tahun yang lalu.
Namun suatu penolakan penting terhadap teori ini menyatakan bahwa
dibandingkan populasi H. erectus yang menetap, hampir tidak mungkin populasi H.
sapiens yang membentuk koloni memiliki strategi hidup yang jauh lebih baik dari
pada manusia asli H. erectus sehingga menggantikannya.
Menarik untuk berikutnya tiba,
yaitu manusia proto-Melayu yang hidup membudidayakan lahan. Keturunan
mereka dapat ditemukan di antara penghuni Kepulauan Mentawai di
Sumatera Barat, suku Tengger di jawa Timur, suku
Dayak di Kaliman tan dan suku
Sasak di Lombok.
Akhirnya, manusia Austronesia atau deutero-Malayu yang berasal
dari Taiwan dan Cina bagian selatan datang melalui laut ke Malaysia, Filipina dan
Indonesia. Mereka kemungkinan tiba di jawa antara 1.000-3.000 tahun yang lalu.
Keturunan mereka sekarang mendo
minasi daerah-daerah
Indonesia bagian barat; mereka pandai dalam
bertanam padi dihuma dan sawah, irigasi, pembuatan keramik, serta
ketrampilan yang tinggi untuk membuat
peralatan dari batu .
Salah satu situs terkenal yang meru
pakan peninggalan manusia ini ditemukan di sekitar desa Tugu di sebelah utara
Bandung. Kelompok manusia ini tidak berhenti di
Indonesia, dengan perahu mereka terus berlayar dan mendiami atau mengkoloni
pulau-pulau sampai Selandia Baru, P. Easter, Hawai dan Madagaskar.
Dengan dimulainya pemukiman menetap, sekitar 2.500 tahun yang lalu, maka
kehidupan spiritual mulai berkembang. Kepercayaan ini mungkin didasarkan
pada penyembahan atas nenek-moyang mereka, dan struktur batu mega
litik yang berkaitan dengan pemakamanjuga ditemukan di berbagai tempat seperti
Wonosari dan Pakuaman di jawa, serta Marga tengah dan Gilimanuk di Bali .
Upacara adat pemakaman semakin
meluas pada jaman logam tertua
sekitar 2.000 tahun yang lalu. Suatu kawasan
pemakaman jaman perunggu ditemukan di sekitar Kuningan, Jawa Barat.
Benda terindah dan paling khas yang
dibuat pada jaman perunggu adalah "genderang
kuningan" yang diberi hiasan
indah sekali, beberapa di antaranya diimpor dari
daratan Asia, tetapi benda lainnya
yang disebut "moko", telah dibuat di jawa dan Bali
bahkan sejak jaman dulu.
Benda-benda yang terbuat dari perunggu yang ditemukan di Gilimanuk
diperkirakan berumur hampir 7.000 tahun. Berbagai benda keramik berhiasan juga
ditemukan. Semua menunjukkan adanya organisasi serta stratifikasi sosial yang
mantap, konsep-konsep keagamaan, serta kemampuan kerja yang baik.
Benda-benda lainnya sangat sulit ditafsirkan, terutama karena tidak adanya
pengetahuan dasar mengenai benda tersebut. Salah satu contoh adalah adanya
benteng sepanjang satu kilometer yang letaknya strategis karena dibangun di
puncak gunung. Benteng ini dibuat dari tanah dan dilengkapi dengan parit-parit
dan dinding. Di tempat benteng ini berdiri sekarang terdapat perkebunan Argasari,
terletak antara Facet dan Santosa, Bandung Selatan.
Piramid megalitik berukuran
besar tetapi telah ditumbuhi tanaman liar juga ditemukan di Cikakak, Pelabuhan
Ratu. Selain itu juga terdapat banyak batu-batu kuburan kuno, sayangnya informasi
tentang obyek-obyek ini sekarang hanya dapat ditemukan melalui cerita-cerita
kepercayaan.
Flores, pulau di bagian timur Indonesia
ini dihuni oleh manusia seperti 'hobbit', mahkluk rekaan
dalam buku 'The Lord of The Ring' karangan JRR Tolkien itu,
jutaan tahun lalu. Waktu ini lebih awal dari yang semula
diperkirakan, 800 ribu tahun lalu.
Studi ilmiah menunjukkan, manusia
'hobbit' penghuni awal (hominins) Pulau Flores ini tiba satu
juta tahun yang lalu. Hal ini ditunjukkan dari artefak yang
ditemukan di suatu situs arkeologi baru, seperti dilansir
dari Reuters, Kamis ini.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan
majalah ilmiah Nature, para peneliti mengatakan temuan
mereka menguatkan bahwa hominins ini berkembang menjadi
manusia seperti hobbit atau disebut 'manusia Flores'.
Manusia Flores seperti hobbit ini mempunyai tinggi sekitar
satu meter dan memiliki ukuran tengkorak sebesar jeruk
pamello.
Sisa-sisa kerangka manusia Flores berusia
18 ribu tahun yang ditemukan sekitar 5 tahun lalu oleh
ilmuwan itu, dinyatakan menjadi spesies yang sama sekali
baru dalam dunia sains. Kerangka manusia Flores itu kemudian
dinamakan Homo floriensis.
Kedatangan mereka juga dipercaya
mengakibatkan kematian massal untuk kura-kura raksasa dan
Stegondon sondaari, gajah kecil yang hidup di pulau itu.
Dalam riset mereka, para ilmuwan juga mengatakan menemukan
45 alat-alat dari batu di Wolo Sege, di cekungan Soa,
Flores.
Dipimpin oleh Adam Brumm dari Pusat Ilmu
Arkeologi di Universitas Wollongong, New South Wales,
Australia, para peneliti menggunakan data baru, metode dan
menemukan bahwa peralatan batu digunakan sekitar satu juta
tahun.
"Sudah jelas sekarang, bukti dari Wolo
Sege, bahwa hominins Flores ada sekitar satu juta tahun lalu.
Hal ini menunjukkan bahwa non-selektif, kematian massal
Stegondon sondaari dan kura-kura raksasa dapat mewakili
kepunahan lokal atau regional," tulis mereka dalam makalah
penelitiannya.
Manusia Flores diperkirakan sebagai
keturunan Homo erectus, yang memiliki otak besar, berukuran
penuh dan menyebar dari Afrika ke Asia sekitar dua juta
tahun lalu.
Para ilmuwan menduga kalau Manusia Flores
hidup pada waktu yang sama dengan manusia modern dan menjadi
punah setelah letusan gunung berapi yang besar di pulau,
sekitar 12 ribu tahun lalu.
pinter yang posting ini
BalasHapus