Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini,
beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang
ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian
berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang
dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
“By
the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed
as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura…
The interior of the tent was dark except for the light admitted by a
lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of
paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera
portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama
alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura…
Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang
ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di
atas selembar kertas).
dalam sejarah fotografi
Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama
Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya
akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi
berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan
percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang
disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena
yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia
mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari
untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia
gagal mempertahankan gambar secara permanent.
Kemudian
sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas
Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada
camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole
camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi
hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana
juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan
istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih
yang telah disaputi komponen perak.
Dalam Sejarah fotografi mencatat Sementara
itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan
chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat
berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui
camera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833),
setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya,
melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip
lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan
sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar
secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura
berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang
akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa
kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang
juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk
mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum
eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa:
“fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang,
sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru
pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama
yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada
lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari
selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon).
Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat
dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada
tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun
itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah
terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat
mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari
1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat
logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan
temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi
berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya
dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli
Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah
hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Fotografi
kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam
Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang
pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama
Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan
serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan
perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON.
Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin
Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses
pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan
teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera
sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam,
kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang
sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar