Sejarah Kota Pati
Posted on Juni 16, 2008 by panjitapen
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati
yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu
Gambar yang berupa: “KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN KULUK KANIRAGA”.
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati
dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu “KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN
KULUK KANIRAGA” merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga
merupakan simbul kesatuan dan persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka
tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa.
Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.
Kevakuman Pemerintahan di Pulau Jawa
Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.
Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.
Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan
Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan
Kedua Kadipaten
tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling
menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali
persaudaraan, Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra
dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan
telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat
pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang
dengan dalang kondang yang bernama “Sapanyana”.
Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama YuyurumpungKadipaten Carangsoka
dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan
bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum
dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali
oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam
perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali
kepada Raden Sukmayana.
Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.
agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu
Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan
Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).
Pada Malam pahargyan bojana wiwaha
(resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka
dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan
pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi
pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama
Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara ” Raden Jasari ” dan ”
Rara Rayungwulan ” gagal total.
Adipati Yudhapati
merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus
menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak
dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten CarangsokaAdipati Paranggaruda,
Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan
dan gengsinya. mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan
kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana)
meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang
menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda.
Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama ” Singasari“
Kadipaten Pesantenan
Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden KembangjayaKadipaten Pesantenan dengan gelar ” Adipati Jayakusuma di Pesantenan. memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama “
Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu ” Raden Tambra “. Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar ” Adipati Tambranegara “. Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara
bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat
memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba
sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian,
ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.
Kabupaten Pati
Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara
memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada
di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan
mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.
Dalam prasasti Tuhannaru, yang
diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan
di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja,
dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain
berbunyi bahwa : ….. Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya
dengan ABHISEKA WIRALANDA GOPALA pada tanggal 13 Desember 1323 M.
Dengan patihnya yang setia dan berani bernama DYAH MALAYUDA dengan gelar
RAKAI, Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang
dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk
Raden Tambranegara berada di dalamnya.
Pati Bagian dari Majapahit
Raja Jayanegara dari Majapahit
mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status
sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap
tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit
itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M.
Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula
pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ….. Tan alami pajajaran kendhih,
keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu,
Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.
Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan
dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada
bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada
bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus
1323.
Hari Jadi Pati
Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati,
para guru sejarah SLTA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas
Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat
memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.
Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum HARI JADI KABUPATEN PATI
dengan surya sengkala ” KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI ” yang bermakna
” Dengan bekerja keras dan penuh do’a kita gali Bumi Pati untuk
meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah “. Untuk itu maka
setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai ”
HARI JADI KABUPATEN PATI “.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati
adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten
Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Kali Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.
Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura
Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini
merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit.
Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat
dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.
Terdapat sungai besar yaitu sungai
Ngantru. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga
pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi
banjir yang bernama Jatrunseluna.
Pembagian administratif
Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.
Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.
Slogan: Pati Bumi Mina Tani.
Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan pertanian di Indonesia.
Pariwisata
Salah satu obyek wisata sejarah di Pati adalah bekas Pintu Kerajaan Majapahit yang terletak di kota Pati, konon pintu ini dibawa oleh Kebo Anabang atas perintah Sunan Muria. Juwana merupakan kota pelabuhan dimana terdapat kerajinan kuningan. Obyek wisata lain diantaranya adalah Waduk Gunung Rowo, yang terletak di bagian utara.
Di daerah Margorejo terdapat mata air
yang cukup besar, yang digunakan untuk kolam renang. Nama tempat
tersebut adalah Banyu Urip. Di sekitarnya terdapat perkebunan jambu
monyet (mete).
Di daerah Gunung Muria, yaitu di daerah Gembong, terdapat waduk yang diberi nama Selo Romo.
Waduk ini termasuk berukuran kecil, jika musim kemarau, pasti akan
dangkal. Di sekitar waduk sering dipakai sebagai area perkemahan.
Agrowisata
Potensi | Lokasi |
---|---|
Keanekaragaman panorama dan tumbuhan hortikultura, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan. | Di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak. |
Wisata Air
Potensi | Lokasi |
---|---|
Perairan budidaya ikan air tawar (tambak) seluas 185 Ha. | Desa Talun. |
Gua Pancur
Keterangan | Lokasi | Fasilitas |
---|---|---|
Gua sepanjang ± 736 m dengan stalaktit dan stalaknit yang sangat indah. | Desa Jimbaran, Kecamatan Kayrn. | Kolam pancing, rumah makan apung, wana wisata hutan jati, jalan beraspal. |
Gunung Rowo Indah
Keterangan | Potensi | Fasilitas |
---|---|---|
Waduk dan pemandangan alam. | Waduk seluas 320 Ha, di puncak bukit dapat menikmati pemandangan di Daerah Ngarai wilayah Kabupaten Pati. | Taman rekreasi terbuka, tempat parkir, jalan semua beraspal. |
Air Terjun Grenjengan Sewu
Keterangan | Potensi | Lokasi | Fasilitas |
---|---|---|---|
Air terjun setinggi ± 75 m. | Air terjun yang berada di tengah panorama alam yang indah, kondisi masih alami dan belum digarap. | Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal, ketinggian 485 m di atas permukaan laut. Jarak dari Kota Pati ± 27 Km. | Jalan beraspal dan lapisan makadam sampai di Desa Jrahi. |
Sendang Tirta Marta Sani
- Objek Wisata : Kolam renang dan wisata spiritual
- Fasilitas : Paseban tempat mengheningkan diri mohon pada Sang Pencipta
- Padusan : Sumber air yang berasal dari sendang, konon menurut cerita, sumber air tersebut merupakan tempat air wudhu Sunan Kalijaga, tetapi “disisani” (bahasa Jawa) oleh pengawalnya. Pengawalnya kemudian disabda menjadi seekor bulus oleh Sunan Kalijaga.
Di kompleks tersebut juga terdapat makam Adipati Pragolo (Bupati Pati pada zaman Kerajaan Mataram)
Pendopo: sarana pentas kesenian khas Pati Areal parkir dan jalan beraspal, jarak ± 4 Km dari Kota Pati
Pintu Gerbang Majapahit
- Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit
- Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.
- Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota Pati 4 Km.
- Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.
Makam Mbah Tabek Merto
- Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
- Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia.
- Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak.
- Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.
- Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.
Makam Saridin / Syeh Jangkung
- Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).
- Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.
- Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
- Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.
- Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.
Tokoh-tokoh dari Pati
Rupa-rupa
- Makanan khas Pati adalah [[Nasi Gandhul]], Soto Kemiri
- Kota Pati dikenal dengan sebutan Kota Pensiunan, karena kotanya sebagian dihuni oleh para pesiunan atau purnawirawan yang lahir ato dibesarkan di kota ini, sedang para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.
- Saat ini (2006) terdapat dua pabrik kacang yang terkenal, yaitu: Dua Kelinci dan Garudafood
- Pabrik gula di Kecamatan Trangkil (PG Trangkil)
- Dahulu terdapat kerupuk yang menggunakan bahan baku dari tanah disebut kerupuk Ampo
- Krupuk daging juga merupakan salah satu makanan khasnya
- Usaha penggemukan Sapi menjadi usaha yang mulai dilirik oleh sebagian warga Pati. Bahkan bukan hanya para petani saja yang menggelutinya.
- Usaha susu sapi dapat ditemukan di Dusun Jagan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar